Ketika aku lulus dari SD ku di
Jakarta, aku melanjutkan sekolahku di SMPN 9 Malang tepatnya dikelas 7 F .
Disana aku mulai beradaptasi dengan teman-temanku. Aku juga mulai belajar menggunakan bahasa
jawa agar aku bisa berkomunikasi dengan lancar seperti teman- teman yang
lainnya. Ini adalah pertama kalinya aku sekolah di luar kota . Aku mempunyai
seorang teman yang bernama Rizka . Rizka adalah satu-satunya teman ku dikelas
ini . Ia anak yang baik tetapi entah mengapa ia sangat pelit padaku. Sangking
pelitnya dia tidak mau mengajariku pelajaran yang tidak aku bisa . Padahal aku
sering mengajari nya dan aku juga adalah teman dekatnya.
Semakin lama aku berada di kelas 7
F , aku merasakan ketidaknyamanan. Kelasnya begitu ramai dan menyebabkan aku
tidak bisa berkonsentrasi saat belajar maupun ulangan . Selain itu teman –
teman saling bertengkar satu sama lain yang disebabkan masalah sepele . Ada
beberapa murid yang bisa dibilang “biang”nya masalah. Lebih anehnya lagi
dikelas ini yang paling sering bertengkar adalah siswa putri. Mereka sering
menjelek-jelekkan temannya sendiri , bergosip yang tidak – tidak dan itu seakan
menjadi kebiasaan mereka . Bahkan mereka sering beradu mulut .Aku sudah mencoba
memisahkan mereka , tapi tetap saja tidak bisa.
Jujur , aku benar- benar bingung bagaimana cara menyelesaikannya .
Akhirnya aku putuskan untuk tidak mencampuri urusan mereka , dan tetap fokus
pada kewajiban ku yaitu belajar .
Begitulah hari – hari yang aku lalui
di kelas 7 F . Tidak ada yang begitu istimewa dikelas ini . Sampai saat – saat
terakhirku duduk dikelas , aku tetap tidak punya sahabat yang benar-benar baik
. Aku lelah berada dikelas ini.
Setelah ujian sekolah sekolah
selesai , aku duduk di kelas 8 D . Aku sudah mengenal sebagian siswa dan
beberapa yang tidak aku kenal . Aku berusaha untuk mengenal semua siswa di
kelas 8 D . Hari demi hari berlalu , aku telah mengenal semua siswa . Aku
melihat banyak siswa yang nakal dan tidak bisa diatur. Walaupun begitu aku
mempunyai seorang teman dekat bernama Aviva. Ia satu-satunya siswa yang baik
dan selalu membantuku. Aku sangat senang berteman dengannya . Begitu pula
dengannya , ia sangat senang berteman dengan ku karena aku orang yang baik .
Dikelas aku terkenal siswa yang sangat teladan dan pemurah. Aku sering menolong setiap orang yang sedang kesusahan.
Sehingga banyak sekali yang meminta uang padaku. Tiba-tiba Aviva datang
menghampiriku dan ia bertanya , “ Aulia, kenapa kamu memberinya uang ? paling-
paling mereka memanfaatkan mu saja ! “ lalu aku menjawab , “ Enggak kok va ,
kasian mereka gak ada ongkos buat
pulang “. Aviva lalu terdiam tidak berkomentar apapun.
Setelah beberapa bulan aku merasa
ada yang aneh. Mereka setiap hari terus meminta uangku dengan alasan yang sama.
Bahkan hari ini mereka tetap meminta uangku lagi. Sebenarnya aku tidak ingin
setiap hari memberi mereka uang. Tapi tidak disangka mereka memaksaku dan
mengancamku jika aku tidak memberikan uang kepada mereka, mereka tidak akan mau
berteman lagi denganku. Ini membuat aku
akhirnya sadar , bahwa selama ini mereka hanya memanfaatkanku saja. Aku merasa
bersalah pada Aviva karena tidak
mendengarkan kata – kata nya. Aku memutuskan untuk tidak berteman dengan mereka
dan berpura – pura melupakan masalah nya . Karena kejadian ini aku merasa tidak
nyaman berada di kelas ini.
Pernah suatu saat , sebagian dari
mereka ada yang ke kantin padahal sedang tidak ada gurunya. Sedangkan yang lain
membuat gaduh kelas dan mengganggu kelas lain yang pada saat itu sedang
ulangan. Akhirnya datang seorang guru dan memarahi kami semua.Ini sering
terjadi dikelasku. Seakan tidak ada penyesalan yang terlintas di benak mereka.
Aku tidak tahan selalu terlibat dimarahi guru karena ulah teman – temanku.
Bahkan aku sudah mencoba untuk menasehati mereka tetapi mereka tetap saja tidak
mau mendengarkanku. Begitupun seterusnya, sampai aku sudah naik kelas 9.
Saat ini aku duduk dikelas 9 G. Aku
benar – benar sangat bersyukur karena aku masuk di kelas unggulan. Senang
sekali bisa berteman dengan anak – anak pilihan dan tidak nakal seperti dulu
lagi. Dikelas ini banyak siswa yang berasal dari kelas 8 G yang juga merupakan
kelas unggulan. Aku mencoba untuk beradaptasi dengan mereka . Tetapi aku heran
, mengapa mereka tidak mau berbaur dengan anak yang bukan berasal dari kelas
mereka yang dulu. Aku berusaha untuk memahaminya. Semakin lama aku beradaptasi
dengan mereka semakin aku tahu bahwa mereka benar- benar tidak mau berbaur
denganku. Mungkin mereka berpikir bahwa merekalah yang paling pintar dan merasa
hebat karena mereka selalu di puji oleh guru. Hampir semua siswa dikelas
mempunyai sifat individualism yang tinggi
Suatu saat ada kegiatan diskusi
kelompok. Karena aku tidak punya pilihan lain aku terpaksa berkelompok dengan
siswa yang sering mengejekku. Saat kegiatan diskusi dimulai , aku merasa
pendapatku tidak pernah dianggap malah aku terus diejek dan ditertawakan. Aku tahu itu bukan bercanda
karena itu sangatlah menyakitkan untukku. Hari demi hari aku lewati , aku
merasa sudah tidak tahan menghadapi mereka . Aku ingin pergi dan tidak ingin
bertemu mereka selama – lamanya . Akhirnya hari yang kutunggu tiba , saatnya
aku lulus dari SMP dengan perasaan yang sangat bahagia bisa meninggalkan mereka
hingga pada saatnya aku diterima di SMAN 5 Malang.
X- 6 itulah kelas yang aku duduki
saat ini. Dengan perasaan penuh harap bisa bertemu teman yang baik. Pada saat
pertama kali aku masuk kelas aku duduk sebangku dengan Silfi. Silfi adalah
temanku yang sangat baik. Ia membantuku setiap aku mengalami kesulitan. Ia juga
merupakan sahabat yang sangat menyenangkan untukku. Setelah aku mengenal Silfi
, aku lebih mengenal banyak teman lagi
seperti Rima , Masfi , Afilia , Erlinda , Mia , Atikah , Yasmita , Winda dan
masih banyak lagi . Tapi pada awalnya aku belum mengenal lebih dekat dengan
mereka.
Akupun
bertanya pada diriku sendiri , “ Apakah mereka teman- teman yang baik untukku ?
“. Batinku didalam hati. Seiring
berjalannya waktu , aku dekat dengan mereka . Teryata mereka tidak seperti yang
aku pikirkan , mereka begitu baik dan peduli padaku . Kami merasa betul – betul saling bersahabat , kami saling
bercanda , bergurau dan berbagi satu sama lain . Aku bahkan berpikir bahwa
mereka adalah hadiah kecil yang dikirim tuhan untukku. Akhirnnya kami sudah mengenal sifat masing –
masing . Dahulu , aku tidak menjadi diriku sendiri tetapi sekarang aku bisa
menjadi diriku sendiri. Aku bahkan bisa tertawa lepas bersama sahabatku setelah
sekian lama tidak pernah kurasakan. Sahabat itu seperti pelangi yang memberikan
warna setelah gelapnya hujan. Sahabat , aku benar – benar bahagia saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar